Rabu, 05 Februari 2014

Tingkat Pemahaman Mahasiswi Berjilbab Mengenai Syariat Dalam Berjilbab

0



Tingkat Pemahaman Mahasiswi Berjilbab Mengenai Syariat Berjilbab
Fakultas Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi
 Universitas Fajar Makassar


Disusun Oleh:
Wiwik Salwidyah Ningsih (1310121073)
Citra Dian Pertiwi (1310121078)



Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajar Makassar
2014






BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Masyarakat itu dinamis dan yang statis itu adalah perubahannya. Artinya bahwa masyarakat senantiasa bergerak menuju suatu perubahan, tidak ada satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan, dan perubahan itu akan selalu ada dalam masyarakat. Perubahan yang ada dalam masyarakat disebut juga sebagai perubahan sosial dan budaya. Karena pada dasarnya masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, begitupun sebaliknya budaya merupakan hasil dari masyarakat.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat meliputi hal-hal yang sifatnya sangat kompleks. Ketika suatu perubahan terjadi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan lainnya. Dari perubahan yang sifatnya sangat dasar yaitu perubahan pada kebudayaan material akan mempengaruhi pada tingkah laku, kemudian dari perubahan pola prilaku tersebut akan berpengaruh pada perubahan sistem ide atau sistem gagasan.
Seiring dengan perjalanan zaman, penggunaan jilbabmengalami perkembangan pesat. Kalau dulunya mahasiswi berjilbab hanya satu, dua, tapi kini tampaknya di Universitas Negeri ataupun swasta, mahasiswa berjilbab sama banyaknya bahkan mungkin lebih banyak daripada mahasiswa yang tidak mengenakan jilbab. Keberadaan jilbab telah diterima secara luas di berbagai lingkungan dan status sosial. Kebangkitan nilai-nilai agama di Indonesia turut mengantarkan jilbab pada posisi terhormat di masyarakat sehingga digemari banyak perempuan muslim.
Konsep jilbab didasarkan pada kewajiban agama Islam bagi pemeluknya untuk menutup aurat dengan jilbab. Aurat perempuan menurut Islam adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Secara umum perempuan diwajibkan menutup aurat didalam ataupun diluar rumah. Kini pemakaian jilbab semakin marak di berbagai kalangan, melintasi batas-batas kalangan pelajar dan mahasiswa yang menjadi perintis. Jilbab telah menembus batas penggunaan jilbab secara ideologis, walau masih dalam kesadaran dan semangat tampil sebagai seorang muslimah. Tetapi esensi dan hakikat pakaian jilbab telah mengalami pendangkalan makna. Jilbab yang sebenarnya berfungsi sebagai penutup aurat, oleh sebagian saudara kita dijadikan alat mempercantik diri. Muncullah kemudian sebutan jilbab gaul, jilbab trendy, jilbab artis, dan juga jilbab modis. Disebut jilbab karena rata-rata muslimah yang mengenakannya merasa ingin tampil secara islami. Disebut gaul karena
biasanya mereka enggan mengesampingkan kesan gaul dalam berpakaian. Yang jadi masalah adalah jilbab gaul tersebut jauh dari sifat dan kriteria jilbab yang ditetapkan oleh syariat Islam. Memakai jilbab bukan lagi dimaknai sebagai sebuah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Namun, tak lebih dari tuntutan mode, keinginan untuk tampil lebih cantik, dan trend. Kini jilbab mulai menjadi trend perempuan muslimah, para hijabers memperkenalkan gaya baru yang selanjutnya mengubah pola piker perempuan berjilbab bahwa mereka mampu tampil modis dan menjadi tidak sesederhana lagi seperti konsep sebelumnya.


Jilbab telah menjadi sebuah tren dalam dunia mode, dengan modifikasi di sana-sini (bahkan mungkin telah melenceng dari konsep dasarnya), para perempuan eksekutif muda pun dan mahasiswi nyaman untuk memakainya. Saat ini makna jilbab telah mengalami pseudo/false identity (identitas tipuan), di mana para pengguna jilbab masih menginginkan untuk menunjukkan kesan sebagai perempuan baik-baik  yang santun, ramah, berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Kebutuhan untuk dianggap “baik” di dalam masyarakatlah yang mendorong sebagian perempuan untuk menggunakan jilbab. Perda-perda mengenai peraturan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah pun mulai ramai digalakkan di berbagai daerah, terutama yang mayoritas Muslim penduduknya untuk meningkatkan kesadaran remaja akan ilmu agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jilbab sebagai simbol Islam telah memberi pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat.
Melihat perkembangan jilbab yang ada di Indonesia menunjukan dimana perubahan terjadi dari tahap ke tahap dengan kurun waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pandangan para penganut Teori Fungsionalis. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat lebih mengedepankan akan fungsi dari pada kultur atau nilai dan norma yang ada di masyarakat itu sendiri. Benda yang dianggap lebih berfungsi akan sangat mudah diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini adalah perubahan mode jilbab yang sekarang ini sudah tidak sesuai dengan criteria dan ketentuan hukum islam.
Akhir-akhir ini di  Fakultas Ekonomi dan ilmu sosial, Universitas FajarMakassar, terjadi banyak perubahan, mulai dari cara mahasiswi berpakain maupun cara mereka berpikir. Salah satu wujud nyata perubahan tersebut adalah individu-individu mahasiswi yang dulunya tidak memakai jilbab baru-baru ini mulai mengenakan kerudung atau jilbab. Perubahan ini terjadi secara bertahap dari satu individu ke individu yang lainnya, sebenarnya ada apa dibalik kenyataan itu. Mungkinkah mereka benar-benar ingin mendekatkan diri pada sang maha Esa dengan cara mengenakan jilbab, atau adakah faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk mengenakan kerudung atau jilbab.
Berdasarkan latar belakang diatas, diperlukan penelitian untuk mendapatkan kebenaran yang terjadi dalam masyarakat. Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain untuk mengetahui perubahan mode jilbab dan pengaruhnya terhadap pergeseran fungsi jilbab pada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Unnes. Dengan maksud untuk menambah wawasan pembaca mengenai pengaruh perubahan fungsi jilbab dan perspektif para pemakainya.
a.       Rumusan Masalah
1.      Apa alasan mahasiswi berjilbab Universitas Fajarmengenakan jilbab?
2.      Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswi Universitas Fajarmengenai syariat dalam berjilbab?
3.      Apa yang menjadi alasan mahasiswa untuk tidak mengenakan jilbab syari?

b.      Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui alasan mahasiswi berjilbab Universitas Fajar mengenakan jilbab
2.      Mengetahui tingkat pemahaman mahasiswi mengenai syariat dalam berjilbab.
3.      Mengetahui sebab mahasiswi Universitas Fajartidak mengenakan jilbab sesuai syariat islam.
c.       Manfaat Penelitian
1.      Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang realita mahasiswi berjilbab Universitas FajarMakassar mengenai pemahaman mereka terhadap syariat dalam berjilbab

BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh dengan tujuan mendalami objek studi. Dalam penelitian yang kami lakukan lebih menekankan pada jenis penelitian yang bersifat “kualitatif”.
Metode penelitian kualitatif dikembangkan melalui perkembangan ilmu pengetahuan yang berbasiskan pada teori interpretatif, seperti etnometodologi, hermeneutic, dan kritical teori (postmodernisme). Dalam penelitian kualitatif tidak diutamakan bahwa penelitian itu menghasilkan sesuatu yang benar atau salah, tetapi yang penting adalah hasil penelitian itu logis atau tidak. Sesuatu yang subyektif berarti tidak bebas nilai, interpretasi terhadap data dalam penelitian kualitatif bersifat kontekstual, konteks budaya kami maupun subyek yang diteliti juga dapat mempengaruhi hasil dari penelitian itu. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, kebudayaan merupakan sesuatu yang dianggap unik, relative dan tidak bisa digeneralisir seluruhnya. Tahap-tahap penelitian sebagai berikut:
1.      Sumber data
Berdasarkan sumbernya, data dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang akan diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah mahasiswi berjilbab Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajar.
b.      Data sekunder adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan atau dilaporkan oleh seseorang atau instansi di luar diri kami sendiri. Data sekunder ini diperoleh dari instansi-instansi dan perpustakaan, seperti: buku-buku terkait, skripsi, dokumentasi, jurnal, majalah dan laporan-laporan lainnya.
2.      Metode pengumpulan data
Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Langkah-langkah dalam tahap pengumpulan data adalah:
a.       Observasi
Observasi sebagai sebuah data secara umum dapat dibagi ke dalam dua jenis pengamatan: pengamatan murni adalah pengamatan yang dilakukan oleh kami dengan tidak melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan yang berlangsung. Sedangkan yang kedua pengamatan yang terlibat yakni sebuah pengamatan sekaligus melibatkan dua hal pokok yaitu pengamatan dan wawancara.
b.      Wawancara
Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interksi verbal langsung antara pewawancara dengan responden. Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai pikiran, pendapat mengenai perasaan informan dalam memandang dunia berdasarkan perspektifnya, kemudian dianalisis oleh kami sehingga melahirkan pandangan kami mengenai data yang sudah diperoleh.
Dalam menggunakan metode wawancara ini, kami melaksanakan secara langsung dengan melibatkan mahasiswi berjilbab Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas FajarMakassar. Kami melakukannya secara terencana dan spontan dengan mahasiswi atau secara kondisional saja. Wawancara yang kami lakukan bertujuan tgtfuk mendapatkan beragam keterangan yang berhubungan dengan tingkat pemahaman mahasiswi berjilbab mengenai syariat berjilbab.



BAB IV
PEMBAHASAN

Akhir-akhir ini di  Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Fajar, terjadi banyak perubahan, mulai dari cara mahasiswi berpakain maupun cara mereka berpikir. Salah satu wujud nyata perubahan tersebut adalah individu-individu mahasiswi yang dulunya tidak memakai jilbab baru-baru ini mulai mengenakan kerudung atau jilbab. Perubahan ini terjadi secara bertahap dari satu individu ke individu yang lainnya, sebenarnya ada apa dibalik kenyataan itu?. Mungkinkah mereka benar-benar ingin mendekatkan diri pada sang maha Esa dengan cara mengenakan jilbab?, atau adakah faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk mengenakan kerudung atau jilbab?.
Pada dasarnya mengenakan jilbab dilakukan oleh muslimah sebagai wujud taqwa atas perintah Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini, mereka yang sudah berjilbab ataupun yang baru-baru ini mengenakan jilbab, masih mengenakan pakaian yang menyerupai laki-laki, celana dan baju ketat menunjukan bentuk tubuh mereka, dimana seharusnya ini dilarang oleh agama islam. Bahkan mereka juga menyadari bahwa kerudung atau jilbab yang mereka pakai itu tidak sesuai dengan jilbab yang dianjurkan oleh agama islam.
Mode dari jilbab yang digunakan para mahasiswi ini bentuknya bervariasi, ada yang disebut jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), pasmina (jilbab panjang dengan berbagai macam motive), paris  (jilbab polos segi empat), maroko, dan lainnya. Beragam macam dan jenis jilbab dikenakan oleh mereka, dari yang hanya berjilbab ala kadarnya dengan bahan yang tipis dan masih keliahatan rambutnya sampai jilbab syari yang menutup penuh aurat mereka.

Dari teori yang dikemukakan oleh Gillil dan Gillin, menunjukan pada contoh jilbab yang digunakan oleh mahasiswi di lingkungan kampus, khususnya Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, model dan bentuk jilbab sangat beragam. Jenis model jilbab yang banyak dipakai oleh mahasiswi antara lain jilbab kaos atau jilbab jeblosan (jilbab langsung pakai), jilbab kecil dengan dimasukan ke dalam baju hem, jilbab kecil dililitkan leher yang dipadukan dengan kaos pendek berdeker serta celana panjang. Sedangkan jika dilihat dari kriteria jilbab yang dikemukakan oleh Syeikh Muhammad Nashirudin Al Bani ada tujuh yaitu (1) menutup seluru tubuh kecuali muka dan telapak tangan, (2) bukan berfungsi sebagai model pakaian, (3) kain tebal tidak transparan, (4) longgar atau tidak ketat dan tidak membentuk lekuk tubuh, (5) tidak menyerupai pakaian laki-laki, (6) tidak menyerupai pakaian jahiliyah, (7) bukan pakaian popularitas. Dengan demikian bentuk dan jenis jilbab yang dipakai oleh sebagian besar mahasiswi sekarang ini belum sesuai dengan aturan syari’at islam. Pada dasarnya variasi jilbab tidak menjadi permasalahan selama model jilbab memperhatikan aturan kriteria jilbab yang sesuai dengan ajaran islam. Namun sekarang ini hal tersebut sudah tidak dipermasalahkan oleh sebagian besar mahasiswi. Mereka menganggap bahwa jilbab adalah fashion yang mempercantik penampilan, bukan masalah ketika tidak sesuai dengan ketentuan islam lagi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan jilbab yang dilakukan oleh mahasiswi pada saat ini telah mengalami pergeseran fungsi. Jilbab dipakai karena praktis, hemat dan modis dengan keragaman variasi. Hasil penelitian yang kami peroleh dengan mengambil sampel mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajar, yaitu tingkat pemahaman mahasiswi mengenai tata cara berjilbab sesuai dengan syariat Islam masih rendah. Empat dari enam mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang kami wawancara belum paham mengenai aturan mengenakan jilbab sesuai syariat Islam. Walapun jilbab sudah banyak dipakai dan jumlahnyapun makin meningkat dari waktu ke waktu oleh sebagian besar mahasiswi tetapi bentuk dari jilbab yang dipakai belum memenuhi kriteria aturan jilbab yang sesuai dengan ajaran islam. Seperti halnya jilbab yang digunakan oleh sebagian besar mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajardan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Berikut transkrip wawancara kami kepada mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajardari masing-masing jurusan:
1.      Amalia Febriana (Program Studi Komunikasi)
-          Sejak kapan Anda mengenakan jilbab? : Saya mengenakan jilbab kurang lebih sudah empat tahun.
-          Alasan Anda mengenakan jilbab? : Alasannya karena sudah kewajiban seorang muslimah mengenakan jilbab.
-          Apakah Anda tahu aturan mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam?: iya saya tahu, seperti tidak memakai pakaian ketat dan harus menutupi dada.
-          Apakah jilbab yang Anda kenakan sudah sesuai dengan syariat Islam?: Belum, saya belum berjilbab sesuai dengan syariat Islam.
-          Apakah anda berkeinginan untuk mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam?: Pasti, dan sekarang masih dalam proses menuju tahap itu.
2.      Ratnasari (Program Studi Komunikasi)
-          Sejak kapan Anda mengenakan jilbab? : Baru sekitar empat bulan yang lalu.
-          Alasan Anda mengenakan jilbab? : Alasan saya yang pertama, karena saya beragama Islam dan yang kedua saya sadar kewajiban saya sebagai muslimah.
-          Apakah Anda tahu aturan mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam?: saya hanya tahu sedikit, seperti harus menutupi bahu dan tidak boleh memakai pakaian yang ketat.
-          Apakah jilbab yang Anda kenakan sudah sesuai dengan syariat Islam?:  Ya, menurut saya sudah sesuai.
3.      Andi Nurfadhilah (Program Studi Akuntansi S1)
-          Sejak kapan Anda mengenakan jilbab? : Kurang lebih sudah empat tahun.
-          Alasan Anda mengenakan jilbab? : karena panggilan hati dan sadar akan kewajiban.
-          Apakah Anda tahu aturan mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam? kurang tahu, yang saya tahu jilbab itu perkara wajib.
-          Apakah jilbab yang Anda kenakan sudah sesuai dengan syariat Islam?:
Belum, masih mempelajari bagaimana berjilbab yang benar dan sesuai dengan syariat islam
-          Apakah anda berkeinginan untuk mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam? Iya, saya berkeinginan untuk memakai jilbab syar’I setelah menikah nanti.
4.      Andi Reski Dea Renalda (Program Studi D3 Akuntansi)
-          Sejak kapan anda mengenakan jilbab? Sejak kelas 3 SMA.
-          Alasan mengenakan jilbab? Karena sudah kewajibab muslimah memakai jilbab.
-          Apakah Anda tahu aturan mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam? Tidak, yang saya tahu hukum memakai jilbab itu wajib.
-          Apakah jilbab yang Anda kenakan sudah sesuai dengan syariat Islam?:
Belum, tapi sementara dalam tahap kesana.
-          Apakah anda berkeinginan untuk mengenakan jilbab sesuai dengan syariat Islam? Iya, insyaallah
5.      Lovita (Program studi Hubungan Internasional)
-          Sejak kapan anda mengenakan jilbab? Dari kelas 1 SMP, dan sekarang saya sudah kuliah, jadi kurang lebih sudah tujuh tahun.
-          Alasan mengenakan jilbab? Karena saya nyaman mengenakan jilbab dan mengenakan jilbab itu wajib bagi perempuan muslim.
-          Apakah anda tahu aturan menggunakan jilbab sesuai dengan syariat islam? Satu hal yang saya ketahui, memakai jilbab itu harus menutupi dada, dan tidak boleh ketat.
-          Apakah jilbab yang anda kenakakan sudah sesuai dengan syariat islam? Belum sepenuhnya mengikuti syariat, karena saya masih mengikuti trend dan mode, tapi saya berusaha mengenakan jilbab sesuai syariat.
-          Apakah anda berkeinginan untuk menggunakan jilbab sesuai dengan syariat islam? Iya saya punya keinginan mengenakan jilbab sesuai syariat nanti.
6.      Asrina Dewi ( Program Studi Bina Wisata)
- sejak kapan anda mengenakan jilbab? Sejak SMP.
-          Alasan mengenakan jilbab? Karena dulu saya bersekolah di pesantren.
-          Apakan anda tahu aturan menggunakan jilbab sesuai dengan syariat? Saya sudah tahu.
-          Apakah jilbab yag anda kenakan sudah sesuai dengan syariat islam? Sejujurnya belum, masih belum syar’i.
-          Apakah anda berkeinginan untuk menggunakan jilbab sesuai dengan syariat islam? Belum, belum ada rencana.



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penggunaan jilbab telah mengalami perubahan fungsi dan makna, jilbab dipakai karena kepraktisan dan image (sopan, ramah, dan berbudaya) dalam pemakaiannya. Hal ini jika dikaitkan dengan fungsi awal jilbab yaitu untuk menutup aurat wanita kecuali muka dan telapak tangan dengan memperhatikan aturan kriteria yang diatur dalam syari’at islam, akan tetapi pada saat ini kurang diperhatikan oleh individu pemakai jilbab. Perspektif masyarakat terhadap perkembangan jilbab saat ini yang makin variatif tidak menjadikan permasalahan walaupun tidak memperhatikan prinsip-prinsip kriteria penggunaan jilbab yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran syari’at islam, dikarenakan jilbab lebih fungsional.
Dari penelitian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa alasan mahaisiswi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajar mengenakan jilbab hanya sebatas menjalankan kewajiban sebagai seorang muslimah. Tingkat pemahaman mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Fajar mengenai aturan mengenakan jilbab sesuai dengan syariat islam masih rendah, pemahaman mereka jilbab yang sesuai dengan syariat islam hanya seputar mentutupi dada dan tidak mengenakan pakaian yang ketat. Salah satu alasan mereka tidak mengenakan jilbab sesuai dengan syariat islam karena masih mengikuti trend dan mode.

B.     Saran
Dengan penelitian ini kami berharap lebih banyak lagi mahasiswi secara khusus memperhatikan etika dan estetika yang sesuai dengan kaidah islam dalam mengenakan jilbab. Tidak ada larangan untuk melakukan perubahan model tetapi sebaiknya tetap memperhatikan syariat islam dan kesopanan yang ada.

 
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59.
Abdurarrahman, Dudung. 2003. Pengantar Metode Penelitian . Yogyakarta : Kurnia Salam Semesta.
Koentjaraningrat. 1997.Metode-Metode Penelitian Masyarakat,Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Juneman. 2010. Psychology of Fashion.Yogyakarta : LKS






0 komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com