BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah
luput dari masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan
manajemen. Jika ditinjau dari kehidupan sehari-hari terjadinya masalah bisa disebabkan
dari pihak internal maupun pihak eksternal. Banyak pihak yang menganggap bahwa
masalah yang datangnya dari pihak eksternal lebih berbahaya sehingga di
prioritaskan untuk segera diselesaikan, sedangkan masalah yang datangnya dari
dalam (internal) tidak terlalu berbahaya. Inilah suatu pandangan yang salah dan
bisa menyebabkan kehancuran dari sebuah perusahaan / instansi /organisasi.
Karena masalah yang harus kita waspadai dan harus segera kita selesaikan adalah
masalah yang datangnya dari internal. Kita lihat saja partai politik sekarang
banyak yang pecah karena disebabkan masalah di dalam internalnya, perusahaan
banyak yang bangkrut karena masalah yang datangnya dari dalam (internal).
Banyak yang mengatakan pemecahan masalah adalah aktivitas terpenting
yang dilakukan seorang manajer merupakan suatu gambaran yang terlalu
disederhanakan. Pekerjaan dalam menyelesaikan / memecahkan masalah jauh lebih
rumit daripada hanya sekedar pemecahan masalah saja. Aktivitas-aktivitas lain,
seperti komunikasi, juga sama pentingnya. Akan tetapi, aman jika dikatakan
bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu aktivitas utama yang sering kali
menentukan berhasil atau tidaknya karier manajemen.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar. Penting untuk
meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan.Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan
proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang
dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan
dimulai dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah
dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang
seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan
role model di lingkungan kerjanya.
1.2 Perumusan
Masalah
Mengenalkan kepada peserta
mengenai konsep pengambilan keputusan yang efektif dalam memecahkan masalah,
baik sebagai manajer maupun sebagai pelaksana.
1.3
Tujuan Permasalahan
Tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah :
1. Mengerti
hubungan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
2. Mengenal
metoda pemecahan masalah
3. Mengenal
proses pengambilan keputusan
1.4
Manfaat
Manfaat dari makalah ini, yaitu:
1. Wawasan mahasiswa/i bertambah luas.
2. Keputusan dalam manajemen dapat
efektif dan efisien
BAB II
LANDASAN
TEORI
1.1 Definisi
Keputusan Menurut Para Ahli
1. Herbert A. Simon
Seorang
ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap
utama dalam proses, pengambilan keputusan:
a.
Amendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang
memerlukan pengambilan keputusan.
b.
Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan,
dan analisis masalah.
c.
Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih
tindakan tertentu dari yang tersedia.
Tahap
ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan
tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg a koleganya mengemukakan
tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
·
Tahap identifikasi
·
Tahap pengembangan
·
Tahap seleksi
2. James A.F. Stoner
Keputusan
adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung
tiga pengertian, yaitu:
a.
Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;
b.
Ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan
c.
Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.
3. Prajudi Atmosudirjo
Keputusan
adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah
dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
4. Mary Follet
Keputusan
adalah suatu atau sebagai hokum situasi. Apabila semua fakta dari
situasi itu dapat diperolehnya dan semuayang terlibat, baik pengawas maupun
pelaksana mau mentaati hukumannya atau ketentuannya, maka tidak sama
dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan
wewenang dari hukum situasi.
5. Ralph C. Davis
Keputusan
adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan
merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan
perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang
sangat menyimpang dari rencana semula.
Dari pengertian-pengertian keputusan
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan
masalah sebagai suatu hokum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu
alternative dari beberapa alternative. Keputusan adalah hasil pemecahan masalah
yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya
mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu
diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital.
Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat
diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan.
Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan
sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan
keputusan yang mendasarkan diri pada human relations.
2.2 Definisi Pengambilan Keputusan
Menurut Para Ahli
Setelah pengertian keputusan
disampaikan, kiranya perlu pula diikuti dengan pengertian tentang “pengambilan
keputusan”. Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, dalam hal
ini arti pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan, yaitu:
1. George
R. Terry
Pengambilan keputusan
adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (tindakan
pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang
dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang
dimungkinkan).
2. Sondang
P. Siagian
Pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat.
3. James
A. F. Stoner
pengambilan keputusan
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara
pemecahan masalah.
Dari
definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya
telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan
pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang
ada agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan
alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.
Ada
lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1
Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2.
Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan
pada sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk
melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang
tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d.
Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi
dan manajemen di dalam organisasi.
3.
Masalah harus diketahui dengan jelas.
4.
Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah
dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan
keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai
masalah :
a. Tidak tepatnya keputusan.
b.
Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi
baik dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena
tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang-orang di
dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
Sikap atau watak berfikir kritis dapat
ditingkatkan dengan memantapkan secara positif dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara individu sehingga mampu
memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau
isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan mengakibatkan
hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang terhadap
fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi
kelemahan.
Membuat
keputusan
|
Masalah
|
Berfikir kritis
|
Bagan :
Pemecahan masalah dan Pengambilan keputusan
Sebelum
memecahkan masalah, manajer perlu mengajukan pertanyaan kunci sebagai berikut :
1.
Apakah hal ini penting ?
2.
Apakah saya ingin mengerjakan sesuatu untuk hal itu ?
3.
Apakah saya cukup handal untuk menangani masalah itu ?
4.
Apakah saya mempunyai kewenangan untuk mengerjakan sesuatu ?
5.
Apakah saya mempunyai pengetahuan, minat, waktu dan sumber yang tepat untuk itu
?
6.
Dapatkah saya mendelegasikan hal tersebut kepada seseorang ?
7.
Apakah ada manfaat yang didapatkan dari penyelesaian masalah tersebut ?
Apabila jawaban pada pertanyaan nomor 1
sampai 5 adalah “tidak”, maka pemecahan masalah tersebut tidak efektif, artinya
membuang waktu, sumber dan tenaga secara personal. Tapi sebaliknya bila jawabannya
semua “ya”, pengambilan keputusan merupakan
pilihan untuk menerima masalah dan bertanggung jawab.
2.3
Defenisi Manajemen, Kinerja, Dan Manajemen Kinerja
Manajemen berasal dari kata to manage
yang diartikan dengan mengendalikan, menangani atau mengelola. Secara umum,
pengertian manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan
orang lain untuk bekerja.
Menurut G. R. Terry, manajemen diartikan
sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha mencapai
sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.
Menurut James A. F. Stoner, manajemen diartikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan
upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen adalah proses penggunaan
sumber daya organisasi dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.Yakni dengan menjalankan fungsi-fungsi
manajemen seperti, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pelaksanaan,
pengawasan, dll. Manajemen dapat didefenisikan sebagai sebuah proses yang
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
Sementara itu, kinerja atau permormance
sering diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Manajemen kinerja adalah
suatu proses yang dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok,
dan individu yang digerakkan oleh para manajer.[10] Manajemen kinerja mencakup
pengkajian ulang terhadap kinerja secara berkesinambungan dan dilakukan secara
bersama berdasarkan kesepakatan mengenai sasaran, keahlian, kompetensi, rencana
kerja dan pengembangan, serta pengimplementasian rencana peningkatan dan
pengembangan lebih lanjut.
Kinerja sendiri adalah suatu hal yang
berorientasi ke masa depan, disesuaikan spesifik berdasarkan kondisi khusus
dari setiap organisasi/individu dan didasarkan atas suatu model kausal yang
menghubungkan antara input dan output
Manajemen kinerja didefenisikan oleh
Bacal (1999) sebagai proses komunikasi yang berkesinambungan yang dilakukan
dalam kemitraan antara seorang karyawan dan atasan.
Jadi, kesimpulan dari manajemen kinerja
adalah kegiatan yang mengkaji ulang kinerja secara berkesinambungan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kinerja lebih lanjut.
Penilaian kinerja merupakan alat yang bermanfaat
tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk
mengembangkan dan memotivasi karyawan. Pada intinya, penilaian kinerja dapat
dianggap sebagai alat untuk memverifikasi bahwa karyawan memenuhi standar
kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat pula merupakan cara
untuk membantu karyawan mengelola kinerja mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Metoda
Pemecahan Masalah
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta,
kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi
fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan
kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan
masalah selalu menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau
tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang
sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada
saat manajer hendak mengadakan suatu perubahan.
Bagan : Proses Pemecahan masalah
|
Proses pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini :
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah
satu penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah
adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah.
Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting.
Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai,
sikap dan pengalaman pembuat keputusan
serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan
dan mengorganisir data.
·
Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.
·
Mendefinisikan
Masalah
Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah
yang sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas. Oleh
karena itu diperlukan keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat
diagnosa yang tepat. Untuk itu manajer
perawat dan bidan agar selalu mengembangkan kemampuannya dan belajar dari
pengalaman di masa lalu untuk mempelajari perubahan yang terjadi.
·
Pengumpulan
Data
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan
melalui proses yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi
keadaan/masalah yang mungkin timbul akan lebih mudah dilaksanakan seperti ;
1. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?
2. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
3. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk
prediksi secara tepat?
·
Analisa Fakta
dan Data
Fakta-fakta dan data yang telah terkumpul dengan baik diolah secara
sistematis yang akhirnya akan merupakan suatu informasi yang akan digunakan
sebagai bahan untuk pengambilan keputusan. Analisa fakta dan data perlu
dihubungkan dengan serangkaian pertanyaan sebagai berikut :
1. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah?
2. Apa latar belakang dari masalah?
3. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah yang dihadapi dengan
tujuan, rencana dan kebijakan organisasi?
4. Apa konsekuensi atas keputusan yang diambil?
5. Apakah pemecahan masalah sesuai dengan kapasitas organisasi?
6. Apakah waktu pengambilan tepat?
7. Siapa yang akan ditugaskan mengambil tindakan?
·
Penentuan
Alternatif
Baik buruknya sesuatu keputusan yang diambil sangat tergantung atas
kemampuan menganalisa kekuatan dan kelemahan
alternatif-alternatif yang dihadapi. Dalam usaha menganalisa alternatif
yang ada seseorang perlu memperhitungkan :
1. Siapa yang terlibat/dipengaruhi setiap alternatif ?
2. Tindakan apa yang diperlukan ?
3. Reaksi apa yang mungkin timbul ?
4. Dimana sumber reaksi tersebut ?
5. Interaksi apa yang diperlukan ?
·
Penentuan
Pilihan yang Terbaik
Pada setiap pengambilan
keputusan selalu disertai dengan pengambilan resiko. Pada umumnya pilihan
diambil dari beberapa alternatif jika diduga bahwa pilihan itu akan memberikan
manfaat yang paling besar baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Namun
demkian perlu dipertimbang juga bahwa resiko yang menyertai bersifat moderat.
·
Evaluasi
Untuk mengadakan penilaian yang baik, diperlukan obyektivitas dalam
melakukan penilaian atau evaluasi. Biasanya suatu hal yang sangat sukar bagi
seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara obyektif. Oleh karena itu
pelaksanaan penilaian dapat diserahkan kepada pihak ketiga yang tidak terlibat
langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memperoleh tingkat obyektivitas
setinggi mungkin. Untuk proses evaluasi perlu diperhatikan mengenai tempat dan
siapa yang bertanggung jawab serta kapan
hal tersebut dilaksanakan, contoh; sebelumnya manajer menetapkan suatu
kebijakan baru dalam merespon keluhan pengunjung. Untuk menjamin bahwa kegiatan
itu efektif perlu kerja sama dengan semua staf terkait. Kemudian bagaimana
penemuan itu akan dikomunikasikan kepada personal lainnya.
3.2
Gaya Pengambilan Keputusan
Gaya
pengambilan keputusan manajer umumnya sama dengan gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh manajer tersebut diatas. Ada 7 variabel yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan untuk menyeleksi gaya yang paling cocok, yaitu :
1.
Pentingnya
kualitas keputusan untuk keberhasilan institusi.
2.
Derajat
informasi yang dimiliki oleh manajer.
3.
Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
4.
Pentingnya
komitmen bawahan dan keterampilan membuat keputusan.
5.
Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima.
6.
Komitmen bawahan
yang kuat terhadap tujuan institusi.
7.
Kemungkinan
bawahan konflik dalam proses akhir pada keputusan final.
Metode
autokratik hasilnya lebih cepat dalam pengambilan keputusan dan cocok untuk
situasi yang krisis atau ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai gaya
keputusan. Bagaimanapun anggota staf umumnya lebih mendukung untuk pendekatan
konsultatif dan kelompok. Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak
terstruktur dibahas atau jika manajer tidak mempunyai pengetahuan atau
ketrampilan dalam proses pemecahan masalah.
3.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Pengambilan
Keputusan
Banyak faktor yang berpengaruh
kepada individu dan kelompok dalam pengambilan keputusan, antara lain:
1.
Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Faktor internal tersebut meliputi:
keadaan emosional dan fisik, personal karakteristik, kultural, sosial, latar
belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat, pengetahuan dan sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu.
Suatu nilai yang berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan
adalah pernyataan masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai
ditentukan oleh salah satu kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial
dan kultural.
3.4 Pengambilan Keputusan Kelompok
Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:
Ada dua kriteria utama untuk pengambilan keputusan yang efektif:
1.
Keputusan harus
berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang sebelumnya telah
didefinisikan.
2.
Keputusan harus
diterima oleh orang yang bertanggungjawab melaksanakannya. Contoh; Rapat merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai informasi dan
mengambil keputusan. Ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dipetik
melalui suatu rapat, yaitu :
- Masalah yang timbul menjadi jelas sifatnya
karena dibicarakan dalam forum terbuka.
- Interaksi kelompok akan
menghasilkan pendapat dan buah pikiran serta pengertian yang mendalam.
- Penerimaan dan pelaksanaan
keputusan diambil oleh peserta rapat.
- Rapat melatih menerima pendapat
orang lain.
- Melalui rapat peserta dilatih
belajar tentang pemikiran orang lain dan belajar menempatkan diri pada
posisi orang lain.
Langkah utama proses pengambilan keputusan adalah
sama dengan proses pemecahan masalah. Fase ini termasuk mendefinisikan tujuan,
memunculkan pilihan, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian masing-masing
pilihan, memprioritaskan pilihan, menyeleksi pilihan yang paling baik untuk
menilai sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan evaluasi.
3.5 Tujuan
Manajemen kinerja.
Manajemen kinerja dalam praktiknya memiliki berbagai
tujuan yang dapat membantu kefektifan dan keefisienan kerja. Adapun tujuan dari
manajemen kinerja tersebut menurut Noe dkk (1999) ada tiga tujuan manajemen
kinerja, diantaranya:
1. Tujuan Strategik
Manajemen kinerja harus mengaitkan kegiatan pegawai
dengan tujuan orgaisasi. Pelaksanaan streategi tersebut perlu mendefenisikan
hasil yang akan dicapai, perilaku, karakteristik pegawai yang dibutuhkan untuk
melaksanakan strategi, mengembangkan pengukuran dan sistem umpan balik terhadap
kinerja pegawai.
2. Tujuan Administratif
Kebanyakan organisasi menggunakan informasi
manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk kepentingan keputusan
administratif, seperti: penggajian, promosi, pemberhentian pegawai dan
lain-lain.
3. Tujuan Pengembangan
Manajemen kinerja bertujuan mengembangkan kapasitas
pegawai yang berhasil dibidang kerjanya.
Tujuan umum manajemen kinerja adalah menciptakan
budaya para individu dan kelompok memikul tangggung jawab bagi usaha peningkatan
proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan.
C.
Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Kinerja.
Sebagai prinsip dasar dalam manajemen kinerja adalah
menghargai kejujuran, memeberikan pelayanan, tanggung jawab, dirasakan seperti
bermain, adanya perasaan kasihan, adanya perumusan tujuan, terdapat konsensus
dan kerja sama, sifatnya berkelanjutan, terjadi komunikasi dua arah dan
mendapatkan umpan balik.
1.
Kejujuran
Kejujuran menampakkan diri dalam komunikasi umpan
balik yang jujur diantara manajer, pekerja, dan rekan kerja. Proses penilaian
akan memperluas pemahaman bawahan dengan cara mengajak mereka untuk jujur
menyatakan apa yang memotivasi mereka, apa yang mereka suka dan tidak suka
mengenai pekerjaan mereka, apa yang mereka inginkan dan apa yang menjadi
kepentingan mereka dan bagaimana mereka harus dibantu.
Sebaliknya, manajer juga menceritakan kebenaran
dalam hubungannya dengan bawahan tentang apa yang disuka dan apa yang tidak disuka
mengenai pekerjaan mereka. Sehingga manajer mampu memahami hambatan-hambatan
para karyawan untuk mencapai kinerja yang bagus.
2.
Pelayanan
Yang dimaksud dengan pelayanan disini adalah
bagaimana memberikan pelayanan kepada para pekerja, seperti jika pekerja
mengalami kesulitan menyelesaikan pekerjaannya, maka manajer membantu pekerja
tersebut agar mampu menyelsaikan pekerjaannya tersebut.
3.
Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip dasar dalam
mengembangkan kinerja. Dengan memahami dan menerima tanggung jawab atas apa
yang mereka kerjakan dan yang tidak mereka kerjakan untuk mencapai tujuan
mereka. Dalam perspektif manajer, sudah menjadi tanggung jawab manajer untuk
memastikan keberhasilan bawahannya.
4.
Bermain
Manajemen kinerja menggunakan prinsip bahwa bekerja
sama dengan bermain. Dengan menggunakan prinsip bermain, maka pekerjan yang
dikerjakan tidak akan menjadi beban, justru akan menyenangkan dan menjadi
semangat ketika mengerjakan pekerjaan tersebut.
5.
Rasa kasihan
Makna rasa kasihan adalah seorang manajer memiliki
sikap memahami dan empati terhadap orang lain. Rasa kasihan seorang manajer
akan melupakan kesalahan di belakang dan akan memulai denhan sesuatu yang baru.
6.
Perumusan tujuan
Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan
dan mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai organisasi.
7.
Konsensus dan kerja sama
Manajemen kinerja mengandalkan pada kerja sama
antara atasan dan bawahan dari pada menekankan pada kontrol dan melakukan
pemaksaan.
8.
Berkelanjutan
Manajemen kinerja merupakan proses yang sifatnya
berlangsung secara terus menerus, dan berkelanjutan.
9.
Komunikasi dua arah
Manajemen kinerja memerlukan gaya menajemen yang
bersifat terbuka dan jujur serta mendorong teradinya komunikasi dua arah. Dengan komunikasi dua arah, bawahan mudah
memahami apa yang diinginkan oleh atasannya. Sebaliknya, atasan lebih memahami
apa yang terjadi dan apa yang diinginkan oleh bawahan.
10. Umpan
balik
Umpan balik dalam hal ini berupa kemungkinan
pengalaman dan pengetahuan kinerja pada masa lalu, yang gunanya untuk meninjau
kembali perencanaan kinerja.
D. Kriteria keberhasilan manajemen kinerja
keberhasilan kinerja akan membawa dampak positif
terhadap hasil kerja yang efektif yang mampu mencapai tujuan dari sebuah
instansi perusahaan. Oleh karenanya, instansi yang melakukan manajemen kinerja
pada perusahaannya akan mampu memperoleh kinerja yang efektif. Maka, manajemen
kinerja dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. proses manajemen kinerja telah memungkinkan
pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh individu dari pekerjaan dapat
dipergunakan untuk memodifikasi tujuan organisasi.
2. Proses
penyelenggaraan manajemen kinerja dapat disesuaikan dengan pekerjaan sebenarnya
dari organisasi dan bagaimana kinerja pada umumnya dikelola.
3.
Manajemen kinerja dapat memberi nilai tambah dalam bentuk hasil jangka
pendek maupun pengembangan jangka panjang.
4. Proses
manajemen kinerja berjalan secara transparan dan bekerja secara jujur dan adil.
5.
Pendapat stakeholder diperhatikan tentang seberapa baik skemanya
berjalan dan tindakan diambil sesuai keperluan untuk memperbaiki berbagai
proses. Jika perusahaan memperhatikan dan berusaha memenuhi permintaan /
kepentingan dari masing-masing stakeholder, maka manejemen kinerja akan dapat
berhasil.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Seorang manajer harus mempunyai keberanian untuk
mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang
timbul sebagai konsekuensi dari
keputusan yang telah diambilnya. Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah yang difokuskan
untuk memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus memiliki kemampuan
berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman yang berharga yang
cukup efektif dalam pemecahan masalah.
Manajemen kinerja adalah kegiatan yang mengkaji
ulang kinerja secara berkesinambungan untuk meningkatkan dan mengembangkan
kinerja lebih lanjut
Tujuan manajemen kinerja ada 3 macam, yaitu: tujuan
strategik, tujuan administratif, dan Tujuan Pengembangan. Prinsip-prinsp dasar
manajemen kinerja adalah kejujuran, Pelayanan, Tanggung jawab, Bermain, Rasa
kasihan, Perumusan tujuan, Konsensus dan kerja sama, Berkelanjutan, Komunikasi
dua arah, Umpan balik.
4.2
Saran
Makalah
ini sangat perlu dan dibutuhkan oleh semua orang khususnya mahasiswa yang masih
memerlukan ilmu dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
kehidupan dimasa yang akan datang agar menjadi manusia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2011.Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen (Online), http://rizwarassundawi.blogspot.com/2011/05/makalah-pengambilan-keputusandalam. html (diakses tanggal 31 Oktober 2014)
http://www repository.widyatama.ac.id/bitstream
http://yundha-blog.blogspot.com/2013/11/makalah-manajemen-kinerja-2013.html
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.