Selasa, 05 April 2016

Karena Pendidikan Itu Diperjuangkan, Bukan Dikeluhkan.

0



setelah pengumuman Ujian Nasinal yang tidak benar-benar menegangkan karena saya tahu akhirnya akan lulus dan resmi menjadi alumni Sekolah Menengah. Saya kemudian memasuki tahap yang benar-benar menegangkan, juga gelisah berkepanjangan. Proses pendaftaran mahasiswa baru! Ya, besar harapan saya bisa lulus di Perguruan Tinggi Negeri.


Tapi tahap hingga saya resmi menjadi mahasiswa tidaklah mudah, dari hal inilah saya paham mengapa orang tua sering mengatakan “Menggapai cita-cita itu tidak semudah yang kau bayangkan”.  Untuk menjadi mahasiswa saya telah melalui enam proses pendaftaran pada tiga perguruan tinggi negeri di Makassar.

Dan hasilnya? Saya resmi menjadi mahasiswa di perguruan tinggi swasta. Enam kali tidak lulus pendaftaran menyisakan sedikit masalah dalam diri saya. Saya menyadari Lulus perguruan tinggi bukan hanya perkara cerdas dan tekun, soal keberuntungan, soal kehendak orang tua, soal hitam putih jalur pendaftaran.

Sebagai mahasiswa baru angkatan 2013 di Universitas Fajar Makassar, pertanyaan yang paling sering saya dengar adalah kenapa masuk di Unifa?

Kenapa harus punya alasan untuk masuk Unifa? Unifa tidak jauh berbeda dengan universitats swasta di Makassar yang akreditas b atau c. lalu kenapa perlu alasan? mungkin lebih tepatnya penyebab masuk Unifa!

Penyebab masuk Unifa? Selain karena tidak lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), juga karena mendaftar di Unifa. Lalu pertanyaan berikutnya kenapa betah di Unifa? Pertanyaan tersebut akan saya jawab pada cerita ini.

Saya yakin semua dari kita pernah berharap menjadi mahasiswa di perguruan tinggi negeri, lalu setelah tahu kenyataan bahwa untuk lulus di PTN bukan hanya perkara cerdas dan tekun maka Unifa menjadi salah-satu pelarian ketidakberutungan kita. Saya sempat meluangkan waktu untuk membandingkan, atau mungkin mengeluhkan hal tentang kampus ini.

Awal masuk Unifa, sungguh segala keluhan dan kegelisahan sebagai mahasiswa baru disebabkan karena Unifa, karena dosen jarang masuk,  tidak menemukan satupun teman yang menurut saya baik diajak diskusi,  merasa kultur yang berkembang di kampus ini tidak mudah untuk saya adaptasikan dalam diri, sarana dan prasarana diluar ekspektasi dan lain sebagainya.

Namun itu dulu, sekarang beda.
Saya sadar bahwa setiap kampus punya poin plus dan minus. Hal yang baik dapat kita capai melalui sistem pendidikan kampus yang layak, pihak-pihak yang berkompeten atau bagaimana kita berproses.

“Jangan anggap Unifa sebagai kampus pelarian anda lalu menjadikannya alasan ketidaksuksesanmu dalam menerima ilmu pengetahuan”. 

Saya menyadari hal tersebut setelah menempuh pendidikan selama 5 semester. Unifa dapat membantu saya untuk tahu apa yang perlu lakukan 5 tahun kedepan, yang perlu direncakan dan dipersiapkan.

Tiga tahun terakhir saya belajar banyak, bukan sekedar ilmu pengetahuan. Belajar memahami karakter mahasiswa dalam kultur yang menurutku terlampau santai atau mungkin acuh dalam menerima proses perkuliahaan, memaknai bahwa mengeluhkan banyak hal hanya membuat diri saya berhenti berkembang.

Saat ini saya bersyukur menjadi bagian dari universitas Fajar. 

NB; untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Jurnalistik.

0 komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com