1. Pengertian
Manajemen
Kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang
berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan
berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta
terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Funsi Manajemn Kinerja
1. Untuk meningkatkan kinerja
organisasi, kelompok dan individu
b. Untuk mengintegrasikan sasaran
orga-nisasi, kelompok dan individu.
c.
Untuk memperoleh
kejelasan akan harapan perusahaan terhadap kinerja yang harus dicapai oleh
individu dan kelompok.
d. Untuk mengembangkan ketrampilan
dan kompetensi karyawan.
e.
Untuk eningkatkan
hubungan kerjasama yang lebih erat antara bawahan dan atasan.
f.
Untuk menyediakan
sarana yang dapat meningkatkan obyektifitas penilaian kinerja karyawan.
g.
Untuk memberdayakan
karyawan agar dapat memanajemeni kinerja dan proses pembelajaran mandiri.
3. Peran Manajemen Kinerja dalam Pengembangan Karir
Dalam
penerapannya, manajemen kinerja berfungsi sebagai alat pengelola sumber daya
seseorang dalam melakukan pengembangan karir. Proses manajemen kinerja merujuk
pada sebuah fungsi untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok dan
individu.
4. Prinsip Dasar Manajemen Kinerja
Terdapat 10 prinsip dasar manajemen kinerja
yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi kinerja organisasi.
- Menghargai Kejujuran
- Memberikan Pelayanan
- Tanggung jawab
- Dirasakan seperti bermain
- Adanya perasaan kasihan
- Adanya perumusan tujuan
- Terdapat konsensus dan kerja sama
- Sifatnya berkelanjutan
- Terjadi komunikasi dua arah
- Mendapatkan umpan balik
5. Proses Manajemen Kinerja
a.
Masukan
Manajemen
kinerja membutuhkan berbagai masukan yang harus dikelola agar dapat saling
bersinergi dalam mencapai tujuan organisasi. Masukan tersebut berupa:
sumberdaya manusia (SDM), modal, material, peralatan dan teknologi serta metode
dan mekanisme kerja.
b.
Proses
Proses
manajemen kinerja dijalankan secara transparan terutama terhadap orang yang
terpengaruh oleh keputusan yang timbul dan orang mendapatkan kesempatan melalui
dasar dibuatnya suatu keputusan.
c.
Keluaran
Keluaran
merupakan hasil langsung dari kinerja organisasi, baik dalam bentuk barang
maupun jasa.
d.
Dampak hasil kerja dapat bersifat positif bagi
organisasi, misalnya karena keberhasilan seseorang mewujudkan prestasinya
berdampak meningkatkan motivasi sehingga semakin meningkatkan kinerja
organisasi.
6. Model Manajemne Kinerja
-
Model Deming
-
Model Torrington dan Hall
-
Model Costello
-
Model Armstrong dan Baron
II.
SISTEM
INFORMASI MANAEMEN
1. Pengertian
Menurut Gordon B. Davis :
Sistem Informasi Manajemen adalah suatu system manusia/mesin yang terpadu yang
menyediakan informasi yang mendukung fungsi-fungsi operasi manajemen dan
pengambilan keputusan didalam organisasi.
2. Komponen Dasar Sistem Informasi Manajemen
1.
Sistem Pemprosesan Data (Data Proscesing System)
2.
Sistem Pelaporan Manajemen (Management Reporting System)
3.
Sistem Pendukung Dalam Pengambilan Keputusan (Decision Support System)
4.
Sistem Otomasi Kantor (Office Automatic System)
5.
Sistem Pintar (Expert System)
3. Fungsi SIM
-
Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara
tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara
sistem informasi.
-
Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam
memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
-
Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
-
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan
pendukung sistem informasi.
-
Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem
informasi.
-
Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi
ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
-
Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan
dan pemeliharaan sistem.
-
Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah
transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah
satu produk atau pelayanan mereka.
4. Tugas SIM
a. Pengelolaan Transaksi
b. Perencanaan Operasional
c. Perencanaa Teknis
d. Perencanaan Stategis
5. Tujuan SIM
Tujuan Sisitem Informasi
Manajemen adalah untuk meningkat efektivitas para menajer yang menggunakan
Informasi tersebut. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengusahakan sebanyak
mungkin keputusan-keputusan yang diambil sebaai dasar tujuan organisasi.
b. Melancarkan semua kegiatan
yang bersifat rutin agar dapat mengurai waktu supervisi.
c. Memeberi tanda sejauh
mungkin sebagai peringatan untuk menghadapi kesukaran yang mungkin timbul
diluar dugaan.
d. Menyajikan informasi kepada
manajer yang akan membantu membuat keputusan yang lebih baik secara cepat dan
tepat. Informasi harus jelas kepada manajer yang membutuhkan.
III.
BUDAYA ORGANISASI
1. Pengertian
"A pattern of basic assumptions that a given
group has invented, discovered, or developed in learning to cope with its
problems of external adaptation and internal integration, and that have worked
well enough to be considered valid, and therefore, to perceive, think, and feel
in relation to those problems." Schein
2.
Karakteristik
Budaya Organisasi
Robbins (1994:480) lebih lanjut menegaskan ada sepuluh karakteristik utama
yang dapat menjadi ciri budaya organisasi, yaitu:
- Inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan
interdepedensi yang dipunyai individu.
- Toleransi terhadap tindakan
yang beresiko, yaitu sejauh mana para
anggota organisasi dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan mengambil
resiko.
- Arah, yaitu sejauh mana organisasi tersebut menetapkan dengan
jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.
- Integrasi, yaitu sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong
untuk bekerja dengan cara yang terkordinasi.
- Dukungan dari manajemen, yaitu sejauh mana para pemimpin memberi komunikasi yang
jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka.
- Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang
digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota organisasi.
- Identitas, yaitu tingkat sejauh mana para anggota
mengidentifikasikan dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada
dengan kelompok kerja tertentu atau dengan keahlian profesional.
- Sistem imbalan, yaitu sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji atau
promosi jabatan) didasarkan atas kriteria prestasi sebagai kebalikan dari
senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.
- Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana para anggota organisasi
didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
- Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi organisasi
dibatasi oleh heararki kewenangan yang formal.
3. Penyebab Konflik
- Persaingan memperoleh sumber daya
- Tidak jelasnya wewenang dan tanggung jawab
- Hambatan komunikasi
- Kepribadian individu
- Ketergantungan tugas
- Masalah status
IV.
PENGEMBANGAN KARIR
1. Pengertian
Pengembangan karir dalam organisasi merupakan salah
satu bagian dari proses pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan karir
meliputi perencanaan karir dan manajemen karir (Bernadin & Russel, 1993).
2. Pengembangan karir dapat
dikembangkan melalui jalur diklat dan nondilklat. Melalui diklat adalah:
- Memberi kesempatan pegawai untuk melanjutkan pendidikan
formal baik didalam negeri maupun diluar negeri.
- Memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) baik
struktural, fungsional maupun teknis dan administrasi.
- Memberikan pelatihan / magang ditempat kerja (on the training).
Sedangkan jalur non diklat
diuraikan sebagai berikut :
- Memberikan penghargaan kepada pegawai yang baik dan
hukuman kepada pegawai yang tidak baik.
- Mempromosikan pegawai ke jabatan yang lebih tinggi.
- Merotasi pegawai kedalam jabatan lain yang setara dengan
jabatan semula.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan karir
adalah:
- Hubungan pegawai dengan organisasi.
- Personalitas pegawai
- Faktor-faktor eksternal
- Politik dalam organisasi
- Sistem penghargaan
- Jumlah pegawai
- Ukuran organisasi
- Kultur organisasi
- Tipe Manajemen
4. Pengertian Perencanaan Karir
Perencanaan
karir adalah proses dimana indivividu mengidentifikasikan dan mengambil
langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya (Simamora, 1997).
5. Pengertian Manajemen Karir
Manajemen karir adalah proses
terus-menerus yang dilakukan oleh organisasi untuk memilih, menilai,
menugaskan, dan mengembangkan karyawan yang berkaitan dengan penyediaan suatu
kumpulan orang-orang yang berbobot untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dimasa
yang akan datang
6. Organisasi dapat membantu
karyawan baru supaya terlibat dalam eksplorasi karir dan menyusun karir-karir
mereka selama tahap awal karir melalui:
- Melakukan rekruitmen, orientasi dan praktek-praktek mentor yang efektif
memberikan tantangan-tantangan pekerjaan dan tanggung jawab.
- Menawarkan umpan baliki
kinerjayang konstruktif.
- Mendorong karyawan agar
berpartisipasi dalam latihan penilaian diri.
- Membantu karyawan dalam
menentukan jalur-jalur karir yang realistis dan luwes serta memformulasikan
rencana-rencana karir.
7. 4 Karakteristik Jalur Karir
- Jalur karir harus mewakili kemajuan yang dapat dicapai
baik secara lateral maupun vertikal (kebawah).
- Jalur karir harus merespon perubahan-perubahan dalam
beban kerja, prioritas kerja, struktrur organisasi dan kebutuhan manajemen.
- Jalur karir harus flexibel, mempertimbangkan kualitas
individu ataupum manager.
- Jalur karir harus menentukan keahlian, pengetahuan dan
ketrampilan lainnya.
8.
Faktor Budaya Organisasi terhadap manajemen Karir
Faktor-faktor
situasional menurut Robbins (1994:50) menyebutkan antara lain: sebuah krisis
yang dramatis, adanya pergantian kepemimpinan yang menerapkan nilai-nilai baru,
umur organisasi yang bersangkutan, tahap dana ulang, ukuran organisasi,
bersangkutan, ukuran organisasi, kekuatan dari budaya yang berlaku serta tidak
ada sub budaya.
9.
Pandangan
Individu dan organisasi Terhadap Pengembangan Karir
Organisasi atau manajerial melihat
pengembangan karir sebagai penelusuran jalan karir, yakni manajemen mencari
informasi untuk mengatur/memimpin dan mengawasi kemajuan personil, meningkatkan
produktivitas, sikap terhadap pekerjaan dan kepuasan kerja serta untuk
memastikan kemampuan bakat manajerial dan teknik yang akan memenuhi kebutuhan
organisasi.
Sedangkan bagi individu
pengembangan karir sebagai alat bantu individu dalam mengidentifikasi tujuan
karir, kemampuan dan minat dan menentukan kebutuhan-kebutuhan akan mencapai
tujuan untuk lebih dapat disesuaikan dengan kebutuhan sumber daya manusia. sejalan
dengan pertumbuhan dan berkembangnya perusahaan. Proses yang ditempuh oleh
karyawan untuk mendapatkan berbagai kemajuan harus melalui berbagai tahapan dan
setiap tahapan tersebut ditandai oleh seperangkat tugas-tugas, karakteristik,
minat, dan interaksi antar karyawan yang berbeda. Selain itu setiap tahapan
karir akan mempengaruhi kebutuhan karyawan, sikap dan perilaku kerja.
10. Bentuk-bentuk
dari pengembangan karir
-
Pendidikan
dan Pelatihan
-
Mutasi
-
Penangguhan
Kenaikan Pangkat
-
Pembebas
tugasan
-
Pemberhentian
11. Manfaat Pengembangan Karir
- Menjamin bakat yang diperlukan
tersedia.
- Dengan program-program pengembangan
karir dari organisasi, individu akan menyesuaikan bakat, minat, keterampilan
dan tujuan karir dengan kebutuhan organisasi, sehingga organisasi memiliki
ketersediaan SDM internal.
- Meningkatkan kemampuan organisasi
untuk menarik dan mempertahankan personil yang memiliki bakat yang tinggi.
- Dengan adanya tawaran karir,
tantangan, tanggung jawab, dan peluang untuk kemajuan dari organisasi. perencanaan
karir individu akan menjadi lebih realitis dan individu tersebut akan
memperlihatkan kesetiaan yang lebih besar dan kesanggupan kepada pemberi kerja
mereka.
- Memastikan personil mendapatkan
kesempatan untuk berkembang.
- Dengan mendapatkan peluang untuk
pertumbuhan dan pengembangan, individu akan mempersiapkan diri mereka untuk
tanggung jawab lebih besar pada organisasi.
- Mengurangi kefrustasian personil.
- Dengan perencanaan karir yang
realistik dan adanya program-program pengembangan karir dari organisasi, maka
perbedaan utama antara tujuan karir dan peluang nyata menjadi lebih kecil,
sehingga kerisauan individu berkurang.
V.
PENILAIAN KINERJA
1. Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja atau performance appraisal adalah sebuah proses di mana perusahaan
melakukan evaluasi dan penilaian kinerja individu setiap pekerjaannya.
2.
Tujuan
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja memiliki beberapa
tujuan. Menurut Robbins, tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
·
Membuat keputusan dalam manajemen SDM
seperti promosi, transfer, dan pemecatan.
·
Mengidentifikasi kebutuhan akan
pelatihan dan pengembangan.
·
Memvalidasi program seleksi dan
pengembangan.
·
Memberikan umpan balik kepada pekerjaan
atas kinerjanya.
·
Dasar untuk penentuan keputusan alokasi
remunerasi.
3.
Elemen
Penilain Kinerja
Element pertama yang mendasari proses
penilaian kinerja adalah penentuan standard-standard kinerja (performance
standar seting). Standard kinerja sendiri didefinisikan sebagai patokan-patokan
yang akan digunakan sebagai dasar penelitian kinerja aktual individu. Sebagai
contoh adalah mampu memenuhi target penjualan.
Element kedua adlah pengukuran kinerja
(performance measure) yang didefinisikan sebagai rating atau angka yang
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kinerja seorang pekerja.
Element terakhir adalah pemberian umpan
balik yang diberikan kepada pekerja sebagai hasil dari penilaian mereka.
4. Metode-Metode
Penilaian Kinerja
Dalam penilian kinerja ada bebrapa
metode antara lain sebagai berikut:
1.
Rating
Scales, dalam metode ini orang yang memberikan penilaian diharuskan memberikan
penilaian terhadap kinerja individu dengan menggunakan skala angka yang
merentang dari rendah sampai tinggi.
2.
Checklist,
metode ini penilai harus memilih pernyataan-pernyataan yang paling sesuai untuk
mendeskripsikan kinerja individu.
3.
Paired
Comparison Method, dalam metode ini, semua pekerja dinilai secara bersama-sama
dengan teman-teman kerjanya yang lain untuk kinerja-kinerja tertentu. Setiap
individu akan dibandingkan dengan semua teman-teman kerjanya dan akan diketahui
siapa yang paling baik dan siapa yang paling buruk.
4.
Narrative
Forms, adalah metode yang memungkinkan penilai memberiakan penilaian dalam
bentuk naratif atau esai tertulis.
A. Metode-Metode
Penilaian Kinerja
Dalam penilian kinerja ada bebrapa
metode antara lain sebagai berikut:
5.
Rating
Scales, dalam metode ini orang yang memberikan penilaian diharuskan memberikan
penilaian terhadap kinerja individu dengan menggunakan skala angka yang
merentang dari rendah sampai tinggi.
6.
Checklist,
metode ini penilai harus memilih pernyataan-pernyataan yang paling sesuai untuk
mendeskripsikan kinerja individu.
7.
Paired
Comparison Method, dalam metode ini, semua pekerja dinilai secara bersama-sama
dengan teman-teman kerjanya yang lain untuk kinerja-kinerja tertentu. Setiap
individu akan dibandingkan dengan semua teman-teman kerjanya dan akan diketahui
siapa yang paling baik dan siapa yang paling buruk.
8.
Narrative
Forms, adalah metode yang memungkinkan penilai memberiakan penilaian dalam
bentuk naratif atau esai tertulis.
5. Kesalahn-kesalahan
Dalam Penilaian Kinerja
·
Leniency,
yaitu penilai terlalu murah hati dalam memberikan penilaian sehingga dia
cenderung memberikan nilai yang bagus dan kurang objektif.
·
Strictness,
ini adalah kebalikan dari leniency yaitu penilai terlalu buruk memberikan
penilaian sehingga cenderung memberikan nilai yang jelek yang tidak objektif.
·
Personal
prejudice/strereotyping, yaitu penilaian yang tidak didasarkan atas kinerja
individu tetapi didasarkan pada kelompok tempat individu berasal
·
Recency
Effect, kesalahan jenis ini biasannya terjadi karena penilai memfokuskan diri
pada perilaku kerja individu yang paling akhir saja (recent), jadi tidak
melihat perilaku individu secara keseluruhan selama ia bekerja. Akibatnya,
penilaian menjadi bias.
VI.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
Pengertian
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan
data, menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang
tepat.
2.
Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengambilan Keputusan
- Dalam proses pengambilan keputusan
tidak terjadi secara kebetulan.
- Pengambilan keputusan tidak dilakukan
secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a.
Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi
tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah
yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan
eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam
organisasi.
- Masalah harus diketahui dengan jelas.
- Pemecahan masalah harus didasarkan
pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
- Keputusan
yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
4. Proses
Pengambilan Keputusan
5. Langkah
Pemecahan Masalah
·
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan
mendefinisikan masalah yang dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang
dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.
6. Ada
7 variabel yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menyeleksi gaya
yang paling cocok, yaitu :
- Pentingnya kualitas
keputusan untuk keberhasilan institusi.
- Derajat informasi yang
dimiliki oleh manajer.
-
Derajat pada
masalah yang terstruktur dalam organisasi.
- Pentingnya komitmen
bawahan dan keterampilan membuat keputusan.
-
Kemungkinan
keputusan autokratik dapat diterima.
- Komitmen bawahan yang
kuat terhadap tujuan institusi.
- Kemungkinan bawahan
konflik dalam proses akhir pada keputusan final.
7. Faktor-faktor
yang Berpengaruh Pada Pengambilan Keputusan
1.
Faktor
Internal
Faktor internal dari
diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Faktor internal
tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal karakteristik,
kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat, pengetahuan dan sikap pengambilan
keputusan yang dimiliki.
2.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal
termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang berpengaruh pada semua
aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan masalah, bagaimana evaluasi
itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu kultural, sosial,
latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.
8. Faktor-faktor
yang Berpengaruh Pada Pengambilan Keputusan
- Faktor Internal
Faktor internal dari
diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Faktor internal
tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal karakteristik,
kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat, pengetahuan dan sikap pengambilan
keputusan yang dimiliki.
- Faktor Eksternal
Faktor eksternal
termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang berpengaruh pada semua
aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan masalah, bagaimana evaluasi
itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu kultural, sosial,
latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.
9. Pengambilan
Keputusan Kelompok
- Keputusan harus
berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang sebelumnya telah
didefinisikan.
-
Keputusan
harus diterima oleh orang yang bertanggungjawab melaksanakannya
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.