setelah
pengumuman Ujian Nasinal yang tidak benar-benar menegangkan karena saya tahu
akhirnya akan lulus dan resmi menjadi alumni Sekolah Menengah. Saya kemudian
memasuki tahap yang benar-benar menegangkan, juga gelisah berkepanjangan. Proses
pendaftaran mahasiswa baru! Ya, besar harapan saya bisa lulus di Perguruan
Tinggi Negeri.
Tapi tahap
hingga saya resmi menjadi mahasiswa tidaklah mudah, dari hal inilah saya paham
mengapa orang tua sering mengatakan “Menggapai cita-cita itu tidak semudah yang
kau bayangkan”. Untuk menjadi mahasiswa
saya telah melalui enam proses pendaftaran pada tiga perguruan tinggi negeri di
Makassar.
Dan
hasilnya? Saya resmi menjadi mahasiswa di perguruan tinggi swasta. Enam kali
tidak lulus pendaftaran menyisakan sedikit masalah dalam diri saya. Saya
menyadari Lulus perguruan tinggi bukan hanya perkara cerdas dan tekun, soal
keberuntungan, soal kehendak orang tua, soal hitam putih jalur pendaftaran.
Sebagai
mahasiswa baru angkatan 2013 di Universitas Fajar Makassar, pertanyaan yang
paling sering saya dengar adalah kenapa masuk di Unifa?
Kenapa harus
punya alasan untuk masuk Unifa? Unifa tidak jauh berbeda dengan universitats
swasta di Makassar yang akreditas b atau c. lalu kenapa perlu alasan? mungkin
lebih tepatnya penyebab masuk Unifa!
Penyebab
masuk Unifa? Selain karena tidak lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), juga
karena mendaftar di Unifa. Lalu pertanyaan berikutnya kenapa betah di Unifa? Pertanyaan
tersebut akan saya jawab pada cerita ini.
Saya yakin
semua dari kita pernah berharap menjadi mahasiswa di perguruan tinggi negeri,
lalu setelah tahu kenyataan bahwa untuk lulus di PTN bukan hanya perkara cerdas
dan tekun maka Unifa menjadi salah-satu pelarian ketidakberutungan kita. Saya
sempat meluangkan waktu untuk membandingkan, atau mungkin mengeluhkan hal tentang
kampus ini.
Awal masuk Unifa,
sungguh segala keluhan dan kegelisahan sebagai mahasiswa baru disebabkan karena
Unifa, karena dosen jarang masuk, tidak menemukan
satupun teman yang menurut saya baik diajak diskusi, merasa kultur yang berkembang di kampus ini
tidak mudah untuk saya adaptasikan dalam diri, sarana dan prasarana diluar
ekspektasi dan lain sebagainya.
Namun itu
dulu, sekarang beda.
Saya sadar
bahwa setiap kampus punya poin plus dan minus. Hal yang baik dapat kita capai
melalui sistem pendidikan kampus yang layak, pihak-pihak yang berkompeten atau
bagaimana kita berproses.
“Jangan anggap Unifa sebagai kampus
pelarian anda lalu menjadikannya alasan ketidaksuksesanmu dalam menerima ilmu
pengetahuan”.
Saya
menyadari hal tersebut setelah menempuh pendidikan selama 5 semester. Unifa
dapat membantu saya untuk tahu apa yang perlu lakukan 5 tahun kedepan, yang
perlu direncakan dan dipersiapkan.
Tiga tahun
terakhir saya belajar banyak, bukan sekedar ilmu pengetahuan. Belajar memahami
karakter mahasiswa dalam kultur yang menurutku terlampau santai atau mungkin
acuh dalam menerima proses perkuliahaan, memaknai bahwa mengeluhkan banyak hal
hanya membuat diri saya berhenti berkembang.
Saat ini
saya bersyukur menjadi bagian dari universitas Fajar.
NB; untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Jurnalistik.
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.